Selasa, 01 Januari 2013

Terima Kasih Guru

Guru
Kau lah pembimbing kami
Kau lah pengajar kami
Kau lah pendidik kami
Guru
Itu lah julukan mu
Yang takpernah bosan
Dalam mengajar dan membimbing kami
Guru
Tanpa diri mu kami akan hancur
Tanpa diri mu kami akan sengsara
Tanpa diri mu kami akan sesat
Guru
Terima kasih
Atas segala jasa-jasa mu

Semangat Meraih Cita-Cita

Semangatku menggebu-nggebu
Bagaikan pasukan yang sedang menyerbu

Merah menyala di dalam kalbu
Kan ku raih cita-citaku walaupun terhalang rambu-rambu


Setiap hari ku buka buku
Kan ku serap ilmu itu dari buku
Tanpa sadar ku dapat semangat baruku
Tuk meraih cita-cita ku


Ilmu datang menghampiriku
Menyampikan sesuatu kepadaku
Menyampaikan tentang masa depanku 
Yang kan kuraih cita-citaku dengan sekuat tenagaku

Bumi ini selalu berputar
Guntur kan selalu menggelegar
Ilmu ku takkan pernah pudar
Membuat menyala semangat belajar

Selasa, 30 Oktober 2012

"Ayah dan Ibuku Tersayang"



Bahagiaku surga mereka, dan deritaku pilu mereka
Dua orang yang sangat aku hargai
Dua orang yang sangat aku hormati
Aku cintai dan aku sayangi
Mereka adalah “Ayah dan Ibuku”

Ibu…
Yang telah mengandungku selama 9 bulan
Yang sudah memperjuangkan hidup matinya
Hingga aku dapat hadir di dunia ini
Yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayangnya

Ayah…
Yang telah mendidikku
Yang rela banting tulang
Ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup
Detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun

Selasa, 18 September 2012

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Tanpa Bahan Bakar Fosil  dan Ramah Lingkungan 
          
            Sejumlah negara maju telah memanfaatkan potensi energi gelombang laut sebagai sumber listrik. Gelombang laut tak berbeda dengan matahari dan angin yang tak akan pernah habis.

Banyak orang yang suka bertamasya ke pantai. Mereka senang melihat bi­ru­nya laut dan gelombang laut yang menggulung-gulung. Betapa indahnya pe­­mandangan tersebut. Gerakan per­mukaan air laut yang turun naik juga bisa menghibur bagi yang menyaksikannya. Betapa hebat gelombang laut yang tak henti-henti bergerak.
Ternyata di balik gelombang laut itu terdapat energi yang bisa dimanfaatkan. Kini gelombang laut telah dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Memang berbicara pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) kurang begitu popular. Sejumlah negara telah membangun PLTGL, tetapi jumlah masih sedikit.

Selasa, 11 September 2012

Dewi Shinta



Sita dan Rama
 Sita (Sanskerta: सीता; Sītā, juga dieja Shinta) adalah tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan istri dari Sri Rama, tokoh utama kisah tersebut. Menurut pandangan Hindu, Sita merupakan inkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu.
Inti dari kisah Ramayana adalah penculikan Sita oleh Rahwana raja Kerajaan Alengka yang ingin mengawininya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda.
Dalam tradisi pewayangan Jawa, Sita lebih sering dieja dengan nama Shinta

 Daftar isi

Minggu, 26 Agustus 2012

Pangeran Diponegoro

Diponegoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diponegoro
Gambar Pangeran Dipanegara (1835)
Gambar Pangeran Dipanegara (1835)
Pasangan Kedhaton
Ratnaningsih
Ratnaningrum
Anak
17 putra dan 5 putri
Nama lengkap
Mustahar / Antawirya
Wangsa Hamengkubuwana
Ayah Hamengkubuwana III
Ibu Mangkarawati
Lahir 11 November 1785
Bendera Daerah Istimewa Yogyakarta Kesultanan Yogyakarta
Meninggal 8 Januari 1855 (umur 69)
Bendera Belanda Makassar, Hindia Belanda
Dikubur Bendera Indonesia Makassar, Indonesia


Dipanegara atau dikenal dengan gelar Pangeran Dipanegara (Bahasa Jawa: Diponegoro) (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makassar.

Daftar isi

Asal-usul Dipanegara

Dipanegara adalah putra sulung Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Dipanegara bernama kecil Raden Mas Antawirya (Bahasa Jawa: Ontowiryo).
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Dipanegara menolak keinginan ayahnya, Sultan hamengkubuwono III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Dipanegara mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Kedhaton, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Dipanegara lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Dipanegara menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujui Dipanegara.